
MENYORONG REMBULAN UNTUK MENGGESER PENCITRAAN MATAHARI
Sumber: https://www.sonora.id/
Dalam
mendirikan Indonesia, yang sangat penting adalah tauhid, yaitu mensinergikan
diri. Kesalahan yang paling mendasar yang kita lakukan adalah kita berlari
menjauh dari karakter kita sendiri dan selalu dalam fase ketakutan dalam
melakukan tindakan yang belum sama sekali kita jalani.
Pertanyaan yang sering saya pikirkan hari-hari ini adalah "Kita pernah
merdeka nggak?" Yang menjadi masalah pokok adalah bagaimana kita menemukan
diri yang sebenarnya, dan terus-menerus berproses untuk itu. Semua yang
berhenti berproses adalah comberan. Semua sistem peradaban ini mungkin salah,
karena tidak memberikan kesempatan bagi manusia untuk berkembang.
Apakah kita hidup dalam kepura-puraan? Apakah yang kita jalani setiap hari
merupakan sebuah hal yang tidak alami kita lakukan? Jika memang apa yang kita
lakukan selama ini sudah menjadi sebuah rutinitas, dan bukan karena
dibuat-buat, maka itu adalah citra kita. Tetapi, jika apa yang kita lakukan
selama ini hanya untuk demi menjaga nama baik kita dengan hal-hal yang
sebenarnya bukan kebiasaan kita, maka itulah pencitraan.
Orang saat ini benar-benar tidak percaya diri bahwa orang lain tidak
mengenalnya dengan baik, sehingga diperlukan sebuah pencitraan agar dirinya
dikenal oleh masyarakat luas. Dan yang terjadi dalam peristiwa pencitraan,
tidak penting apakah seorang calon kandidat yang akan dipilih itu seperti apa
latar belakang dan sejarah hidupnya, yang paling utama bagi mereka adalah
mereka tercitrakan dengan baik di mata masyarakat dengan teknologi bernama
pencitraan.
Gerhana Rembulan itu terjadi karena matahari ditutupi oleh bumi sehingga
matahari tidak bisa memantulkan cahayanya ke bulan, dan cahaya tersebut tidak
sampai ke permukaan bumi. Kiasan ini seperti terjadi hingga hari ini, di mana
para kekasih Allah tidak bisa memantulkan cahaya Allah ke penduduk bumi karena
tertutup gerhana yang kita kenal sebagai pencitraan. Dewasa ini, masyarakat
begitu mudahnya kagum dengan orang-orang yang baru dikenalnya di televisi,
koran, media masa, media sosial dan media publikasi lainnya. Orang sudah tidak
perduli lagi dengan sejarah hidupnya dan perjalanan hidupnya, asalkan hari ini
tampak baik di mata mereka, maka saat itu pula orang itu akan dianggap baik.
Bahkan, jika di kemudian hari pencitraan orang itu kemudian luntur, masyarakat
akan dengan mudah memakluminya karena mereka akan menemukan sosok yang baru,
yang juga lahir dari pencitraan yang lain.
Para tokoh-tokoh yang melakukan pencitraan-pencitraan selama ini tidak berbeda
dengan kiasan terkait Gerhana Bulan. Tokoh-tokoh yang sengaja melakukan
pencitraan menutupi cahaya dari matahari yang sejati dengan cahaya yang
dibuatnya sendiri dari api yang berasal dari dalam dirinya atas dasar nafsunya
belaka. Setidaknya ada 3 penyakit dalam diri manusia yang bermuara pada
kehancuran individu: kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman
pada diri sendiri yang terlalu berlebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar